“Was ist das denn[1], Bunda?” Kautsar bertanya pada bunda saat seekor kuda dengan kereta beroda empat melintas di jalan.
“Itu namanya delman, seperti lagu yang sering kalian nyanyikan.” Bunda menjelaskan.
“Ach so…”[2] ucap Kautsar dan Salsabila hampir berbarengan.
“Kita naik yuk, Bundaa?!” Kautsar penuh semangat mengajak bunda dan adiknya.
“Bade kamana, Neng?” tanya pak kusir pada bunda.
“Oh…euuh…keliling-keliling saja Mang, barudak hoyong terang daerah di dieu[3]”, Bunda sedikit gelagapan karena ia belum punya rencana akan pergi ke mana. Saat naik ke delman tersebut, ia hanya spontan memenuhi permintaan Kautsar dan Salsabila yang penasaran ingin menaiki kendaraan tradisional itu.
“Woow….wooow, asyiiiik!” teriak girang Salsabila berbarengan dengan Kautsar saat mereka merasakan sensasi duduk di belakang kuda gagah berwarna coklat tua yang berlari kencang dalam kendali pak kusir. Bandul merah di atas kepala kuda itu berayun-ayun, begitu pula aksesoris di punggungnya terdengar gemerincing mengikuti hentakan kakinya yang berirama. Spontan anak-anak bernyanyi lagu ‘Pada hari Minggu’ yang mereka rubah liriknya.
***