” Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena ria ( pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan Hari Akhirat. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir ” ( Al-Baqoroh : 264 ).
Di suatu perkampungan tinggal seorang yang sangat kaya dan orang itu juga terkenal dengan sangat dermawan. Dirinya tidak pernah segan-segan menolong siapa saja yang membutuhkan, ia tidak pandang bulu. Namun dibalik kekayaan yang ia miliki, dirinya tidak memamerkan harta yang dia punya dan dia pun selalu berpenampilan sangat bersahaja.
Pada suatu hari dia didatangi oleh salah seorang penduduk sekampung dan dia pun menyambutnya dengan sangat ramah, padahal penduduk itu sangat miskin.
Penduduk miskin tersebut terkesan buru-buru dan membuat si dermawan itu sedikit
bingung.
”Tuan apa yang bisa aku bantu?” Sapa si pemilik rumah dengan santun.
”Kali ini aku datang tidak meminta batuan apa pun, aku hanya ingin menanyakan sesuatu kepada tuan” Jawab si tamu dengan suara yang tenang sembari menatap tajam
kepada orang yang ada dihadapannya, mendapatkan dirinya ditatap seperti itu, dirinya tetap tenang dan tersenyum, karena memang iniah pembawanya sehari-hari.
”Kalau begitu silahkan Tuan bertanya”
”Tuan begitu kaya raya, kenapa Tuan tidak pernah menceritakan kekayaan Tuan kepada
Penduduk disini?”
”Ha... Ha...Ha... ” Sang dermawan hanya tertawa keras.
”Mengapa Tuan Tertawa” Tanya penduduk miskin yang sudah mulai renta itu dengan
Raut yang tidak senang.
”Aku tertawa, karena tidak paham maksud pertanyaan tuan
”Dikampung ini orang kaya bukan hanya Tuan saja, dan semua orang kaya di sini selalu
membanggakan kekayaannya sehingga kami menjadi tahu seberapa kaya mereka,sedangkan Tuan, kami tidak pernah tahu seberapa banyak kekayaan yang tuan miliki” Mendapatkan jawaban itu si Dermawan terdiam dan mencerna setiap kata yang didengarnya lalu dirinya tiba-tiba menarik nafas dalam-dalam, memandang jauh kedepan sehingga yang bertanyapun semakin penasaran.
”Dulu aku juga pernah menjadi orang kaya, aku selalu bercerita kepada semua orang yang aku temui tentang apa yang aku miliki. Bahkan tidak jarang aku melebih-lebihkan. dan setelah bercerita aku begitu bangga” Lanjut penduduk miskin yang belum mendapatkan penjelasan, dirinya mempertegas bahwa dengan bercerita tentang kekayaan yang kita punya akan membuat bangga. Makanya aku heran mengapa Tuan tidak melakukan hal yang sama seperti dirinya dulu atau seperti orang kaya yang ada sekarang.
”Ayolah Tuan bercerita sekali ini saja dan aku berjanji aku tidak akan membocorkan
berapa banyak harta yang tuan miliki” kali ini dia ganti strategi merayu dan berharap
Orang kaya yang ada didepannya mau membocorkan rahasia kekayaannya.
”Maaf Tuan, Aku tidak punya apa-apa yang bisa diceritakan,dan kalaupun ada aku malu
Memberi tahu kepada tuan, sebab apa yang aku miliki hanya sebutir debu dibandingkan
Yang Maha Kaya aku harap tuan memaklumi” Si dermawan pun akhirnya memberikan
Jawaban, saat itu pula penduduk miskin itu tersadar, mengapa selama ini si Dermawan
tidak pernah menggembor-gemborkan harta kekayaanya .
”Ternyata Tuan tidak hanya kaya, tetapi juga bijak” Puji penduduk miskin tersebut yang
diwajahnya tergambar ada semacam penyesalan dalam dirinya kemudian dirinya
melanjutkan ucapannya. ”Andaikan waktu itu bisa diputar kembali aku pun ingin seperti Tuan” . ”Tuan terlalu berlebihan, Percayalah Tuan. ” KITA PUNYA BATANG EMAS, ORANG LAIN PASTI PUNYA TIMBANGANNYA”
Sahabat,
Kita memang sering mendapatkan orang-orang yang selalu membangga-banggakan apa yang dia miliki, seorang Ibu yang memuji-muji anaknya didepan orang lain, para intelek yang bercerita tentang kepintarannya dan orang kaya yang merasa dirinya paling hebat. Namun tanpa disadari bahwa yang mereka ucapkan akan tinggal menjadi kisah usang yang tidak bernilai.
Banyak pula orang yang melebih-lebihkan dari apa yang dimiliki, mereka tidak
mau terlihat biasa, mereka gengsi mengakui keberadaan yang sesungguhnya, sehingga
mereka beranggapan dengan seperti itu mereka bisa menutupi yang sebenarnya.
tanpa mereka sadari mereka pun menjadi bagian dari orang yang ” Tong kosong nyaring
bunyinya”. Begitu omongan mereka tidak terbukti dan diketahui orang lain maka
mereka pun mendapatkan masalah baru yaitu harus menanggung malu.
Sejatinya hidup kita tidak perlu membangga-banggakan dengan apa yang kita
punya. Seperti pepatah ”DIATAS LANGIT MASIH ADA LANGIT”.Takkan ada gunanya kita pamer kepada orang lain. Apa yang kita miliki entah itu ilmu, keluarga maupun harta biarkan orang lain yang menilainya.
Percayalah kita tidak akan kehilangan kehormatan dan kita juga tidak pernah
takut bahwa orang tidak mengenal siapa kita sesengguhnya. Orang jauh lebih jeli yang ada pada diri kita dan siapa kita sesungguhnya. Banyak orang mendapatkan malu akibat ulahnya sendiri, banyak juga yang hidup tidak tenang akibat perkataannya, merekalah yang selalu bersaha menutupi kenyataan yang ada. Dengan demikian bukankah akan menambah masalah baru dalam hidup ini?
Sahabat, bandingkan ember yang terisi air hanya setengah dengan ember yang terisi penuh, saat terjadi benturan pasti goncangan pada air yang terisi setengah itu lebih hebat. Hal ini menggambarkan bahwa apa yang sering kita dengar dari orang yang
hanya memiliki kemampuan setengah-setengah jauh lebih dahsyat, sedangkan orang
yang mampu akan menjadi seperti padi ” Semakin berisi semakin merunduk”.
Sekali lagi kita tidak perlu menilai diri sendiri, biarkan orang lain yang menilai
Karena sesungguhnya merekalah yang lebih paham baik buruknya kita. Dan Allah SWT Maha Tahu apa yang kita sembunyikan dan apa yang kita pamerkan.
” Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.” (An-Nahl :23 )
” Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan? ”. ( Al-Baqoroh :77 )
----------------------------
Ditulis oleh Rumah Yatim Indonesia Pusat untuk anggota Istana Sorgaku-1
No comments:
Post a Comment